Wednesday 22 November 2017

Simple Guide to Visit Vatican Museum

17:51 0 Comments
Merencanakan kunjungan ke Vatikan sendiri? Kenapa tidak.
Suasana alun-alun basilika St. Peter saat ibadah untuk general audience. Can you spot Papa Fransesco?

Hai hai selamat datang kembali.
Masih di Italia, harus menyempatkan diri untuk berkunjung ke Negara Vatikan, yang letaknya tidak jauh dari Kota Roma.
Transportasi : naik metro  turun di stasiun metro Linea A Musei Vaticani, lalu ikuti petunjuk arah yang telah disediakan.
Kalau cuma ingin mengunjungi Negara Vatikan, tidak perlu beli tiket apapun.
Kalau ingin bertemu dengan Paus, cek jadwal Papa Fransesco di sini. Pada saat general audience, kamu bisa melihat Paus di alun-alun basilika St. Peter.
Tapi kalau ingin menjelajah Museum Vatikan, tiket bisa dibeli secara online di sini.
Durasi yang dibutuhkan menjelajah Museum Vatikan : 6 jam (sudah termasuk antri, makan siang, istirahat dan beli souvenir)
Tiket bisa dibeli maksimal 3 bulan sebelum hari kunjungan.
Terdapat banyak sekali pilihan tour, tapi saya memilih yang paling standard dan murah 💃 , berikut ini.
Pre-Sales Fee dikenakan bagi online booking. Keuntungannya ketika di sana bisa skip the line😇

Choose your own tour
Coba cek di websitenya, banyaaaaaak banget pilihan tour, ada reduced ticket juga, dll. Saya pertama kali ngeliat sampe pusing dan bingung nentuin yang mana. 
Setelah memilih visit the museum, akan muncul layar ini dan klik choose your tour di pojok kiri bawah
Tampilan menu Choose your tour. Saya memilih Individual Visitors.
Apa bedanya?
1. Individual Visitors : untuk yang ingin explore sendiri, lebih flexible. (I took this tour)
2. Pilgrims : penggembara yang berkunjung untuk tujuan religius
3. Blind Visitors : untuk penyandang tuna netra, Vatikan menyediakan gratis multi-sensor tour sehingga bisa merasakan karya di Museum Vatikan dengan indra peraba.
4.Deaf Visitors : untuk penyandang Tuna Rungu, disediakan tour guide gratis dengan bahasa isyarat Italian Sign Language.
5. Groups : untuk yang ingin meng-explore bersama pengunjung lain, semacam "open trip" dengan harga yang sama dengan Individual Visitors.
6. Families : dengan konsep family friendly, jadi yang datang bersama anak-anak (max. 2 anak, usia max. 18 tahun atau pelajar 25 tahun) bisa mendapatkan Family Tarif.
Individual Visitors utk Museum : Tuh kan banyak pilihannya. Kalau milih yang GROUP juga akan keluar pilihan ini.
Cara menentukan pilihan dengan sederhana adalah:
1. Tentukan dulu mau pakai tour guide atau tidak. Kalau ya, pilih yang "Guided Tour", kalau tidak mau pakai tour guide, pilih yang "Open Tour". Bisa juga sewa audio guide.
2. Tentukan mau ambil paket include makan atau tidak? Pagi, siang, atau malam. Kalau gak ambil paket makan juga gak apa-apa, di sana ada cafe dan restaurant juga.

Berdasarkan pertimbangan bahwa saya tidak pakai tour guide, tapi pakai audioguide, dan gak include makan, maka saya memilih Open tour of the Museums and Sistine Chapel with Vatican Museums audioguide


Ada reduce tiket juga untuk usia 6-18 tahun, Individual priests, men and women religious, seminarians and novice, dan pekerja di Vatican City.
Setelah memilih tanggal, maka akan muncul pilihan jam. Fyi, setiap hari Minggu, Museum Vatikan ditutup.
Saya memilih untuk berkunjung pada pukul 10.00 waktu setempat.
Tahun 2018, harga naik katanya. Udah kayak apartemen yg hari Senin harga naik😆
Yippie, booking voucher-nya udah masuk ke email, tinggal dicetak. Ini contoh tiket saya dan orang tua = 3 pax.
Inside the Vatican Museum 
Setelah menukarkan booking voucher dengan tiket masuk dan peta Vatican Museum, kami pun masuk dengan men-scan barcode tiket pada gate yang telah disediakan. Perhatikan peta dan ikuti petunjuk arah yang telah disediakan dan budayakan antri, jangan melawan arus pengunjung hanya karena ingin buru-buru. Untuk hal-hal darurat, selalu ada Emergency Exit
Khusus di Sistine Chapel, pengunjung dilarang berisik dan mengambil gambar atau video di kapel ini.
Salah satu penampakan dinding dan langit-langit di Museum Vatikan.

Bapak dan Mamak yang konsentrasi penuh berdiskusi tentang lukisan di Museum Vatican
Beautiful ceiling. Sebelah kiri adalah kubah dengan olucus dan kanan adalah langit-langit lorong.

Di pojok kiri atas : permadani sekaligus lukisan "The Last Supper". Masih terdapat banyak permadani lukisan yang sudah rusak dan sedang direkonstruksi oleh para biarawati di Vatikan
Tangga spiral paling indah di dalam Museum Vatican. What a marvelous stair I ever seen!
Awal masuk ke museum, kami masih semangat menelisik satu per satu lukisan, sambil membuka alkitab, "ini kisahnya tertulis dimana ya?". Tapi lambat laun karena lelah banget, akhirnya banyak koleksi sejarah yang kami hanya lihat sekedarnya. hahaha. Kami pun memutuskan untuk makan siang di cafetaria yang disediakan. Porsinya pun tak tanggung-tanggung banyak banget. 
Museum Vatikan sangat teramat besar dan punya puluhan ribu koleksi, gak akan cukup hanya sekali datang untuk melihat semua dan menilik satu per satu.
Pecinta perangko? 💕Di akhir tour, anda akan menemukan Vatican Philatelic and Numismatic Office yang menyajikan history perangko dan koin Vatikan. 

Semoga bermanfaat ya buat yang mau ke Museum Vatikan!
God bless you💕
Catatan kecil:
1. Sebelum mengunjungi Museum Vatican, saya membekali diri dengan menonton video National Geography "Inside The Vatican", it helps me a lot!
2. Bawa bekal sederhana seperti air putih dan snack/buah.
3. Poste Vaticane a.k.a kantor pos. Silahkan mengirimkan postcards dari Museum Vatican langsung, terdapat kantor pos yang menjual perangko yang tutup jam 4 sore.
4. Bawa earphone ya supaya pas dengerin audioguide bisa pakai earphone aja. Kita pun bebas bergerak dan suara audioguide jelas terdengar.
5. Di pinggir-pinggir jalan menuju Vatikan itu sendiri, sebenarnya akan banyak sekali tour guide yang menawarkan jasa perjalanan mereka buat Anda mengelilingi Museum Vatikan. Bisa jadi pilihan sih, tapi saya lebih suka yang pasti aja beli tiket online di website resmi.

Wednesday 15 November 2017

Jalan-jalan ke Roma : mengintip puing-puing kekuasaan Romawi Kuno

15:06 0 Comments

Ciao! Benvenuti a Roma!
Perbedaan mencolok di Roma dibanding ibu kota negara di Eropa lain yg pernah saya kunjungi adalah
  1. dimana-mana ada gereja/basilika dan fountain/air mancur, so stunning,
  2. dimana-mana terdapat puing-puing bangunan kuno zaman Kekaisaran Romawi menjadi saksi kekuasaan Julius Caesar,
  3. tingkat ketampanan sebanding dengan brewok para pria yg berhasil menembus titik puncak kurva maskulinitas,
  4. tingkat kriminalitas dan homeless yang  tinggi, dan
  5. semua terasa murah di Roma.
Transportasi di Roma : Metrebus
Melihat keabadian sejarah peradaban Romawi Kuno di jantung kota Roma sebenarnya cukup 2-3 hari.
Selain hampir dapat ditempuh seluruhnya dengan berjalan kaki, saya juga membekali diri dengan tiket Metrebus. Tiket ini bisa digunakan untuk metro, bus, dan tram (saya paling sering pakai metro). Biasanya, saya beli 48h untuk 2 hari.
Variasi tiket Metrebus :
  • Roma 24h, valid 24 jam sejak pertama kali digunakan, harga €7 (± Rp 112,000)
  • Roma 48h, valid 48 jam sejak pertama kali digunakan, harga €12,5 (± Rp 200,000)
  • Roma 72h, valid 72 jam sejak pertama kali digunakan, harga €18 (± Rp 288,500)
Tiket Metrebus bisa dibeli di mesin tiket dengan uang lembaran atau koin (tidak bisa dengan Credit Card) di stasiun Metro (tanda M merah) dan kios-kios kecil sekitar stasiun/terminal.

Cara menggunakan tiket Metrebus di stasiun metro, tiket dimasukkan ke dalam slot yang tersedia lalu tiket akan *tuink* muncul lagi ke permukaan dan portal terbuka. Jangan lupa tiketnya diambil lagi dan disimpan ya.

Peta, selalu perhatikan peta. Jalur metro di Roma hanya ada 2, yaitu Linea A (warna merah) : Anagnina-Battistini dan Linea B (warna biru) : Laurentina-Ribibbia. Stasiun pusat adalah Roma Termini.

Dari Fiumicino Airport ke pusat kota, bisa menaiki TerravisionBus, ShuttleBus atau bus lainnya yang menuju Termini, sekitar 1,5 jam. Bisa juga dengan Trenitalia, kereta langsung seharga €14 (± Rp 224,000) , dari Stasiun Termini ke Fiumicino yang bisa dibeli di mesin tiket. Pilihan lainnya dari Stasiun Roma Tuscolana ke Fiumicino dengan kereta seharga €8 atau sekitar Rp 128,000.

Short story. Btw, homeless di Roma banyak banget dan berani-berani. Waktu pertama kali mau beli tiket di mesin di salah satu stasiun Metro, aku kan udah bisa sendiri ya. Tapi, ada ibu-ibu berdiri di mesin itu dan berlagak membantu saya untuk membeli tiket. Ujung-ujungnya, dia minta duit. Jadi, supaya hidup tetap aman, saya kasih koin, lupa berapa euro. Makanya, kalau melihat ada orang yang berdiri di mesin dan mau bantuin, mending pindah ke mesin lain aja. Kumbang tak hanya seekor, kembang tak hanya sekuntum. Begitu juga mesin tiket, tidak hanya sebiji. 
Lokasi-lokasi yang saya kunjungi di Roma.
1. Fontana del Tritone.
This fountain located in front of Sina Bernini Bristol Hotel, stasiun metro terdekat adalah Barberini. Fountain ini melukiskan Tripton, putra Neptunus, sedang meniupkan terompet kerangnya untuk menghentikan banjir. Tripton berlutut dengan alas kerang dan ditemani empat ekor lumba-lumba.

2. Fontana di Trevi
Dasar kolam paling biru dengan ukiran patung yang menakjubkan! Fontana di Trevi merupakan fountain paling terkenal dan paling ramai dikunjungi, selalu saja ramai. Lihat saja megahnya patung Neptunus dikelilingi patung-patung lain termasuk patung kuda. Luar biasa!
Keagungan Trevi. Fontana ini kami tempuh dengan berjalan kaki dari Stasiun Barberini, setelah melihat Fontana del Tritone
Keadaan sesungguhnya di Fontana di Trevi yang penuh dengan lautan manusia.

Mitos : Kalau melempar koin ke dasar kolam tanpa melihat ke belakang, kita akan kembali lagi ke Roma.
Fakta : Tahun 2016, saya lempar koin di Trevi. Tahun 2017 saya ternyata kembali lagi ke Roma dan melihat Trevi ini kembali.
Pertanyaan : Nah, tahun 2017 saya tidak melempar koin, apakah tahun 2018 saya tidak ke sana lagi?🙇


3. Palazzo Colonna
Palace ini merupakan gedung parlemen, tempat berjalannya pemerintahan Italia.
4. Colloseum
A must visit in Rome!Hebatnya orang Eropa adalah mereka tidak menutupi sejarah kelam mereka. Lihat saja Colloseum yang menjadi saksi pertandingan berdarah, tidak sayang nyawa, antara gladiator (prajurit bersenjata) melawan gladiator, gladiator melawan hewan buas, dan gladiator melawan narapidana. Ribuan penonton di masa Kekaisaran Romawi menjadikan pertandingan itu sebagai hiburan. Yang bertahan hidup hingga akhirlah yang menang.
Sampai detik ini, peninggalan peradaban Romawi dan semua reruntuhan puing-puing saksi kemegahan dipertahankan, dirawat dan dipugar menjadi sumber devisa negara dari sektor pariwisata.
Colloseum dipugar, rencana pemerintah Roma adalah membangun kembali bagian-bagian yang telah rusak pada arena pertandingan ini sehingga menjadi arena Colloseum seperti yang dirancang sedia kala. Stasiun metro terdekat adalah Colloseo (Linea B).
5. Museum Vittorio Emanuele II
Vittorio Emanuele II adalah raja pertama Italia bersatu. Museum besar berlantaikan marmer ini memiliki balkon yang menyajikan pemandangan kota Roma dari atas. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari Colloseum. Free  entry!
teras depan Museum Vittorio Emanuele II
6. Basilika St. John Lateran dan Patung San Fransesco di Assisi.
Basilika dan patung San Fransesco di Assisi. ini sebenarnya tak sengaja kami temukan karena dekat dengan apartemen menginap. Basilika St. John Lateran merupakan gereja tertua dan katedral di Roma yang termasuk kategori must visit untuk basilika. Ada patung 12 murid Yesus di dalam basilika. Ingat, untuk berpakaian sopan ya.
Di seberang basilika St John lateran, terdapat patung St. Fransesco di Asssisi, Santo pelindung lingkungan hidup.
7. Pantheon
Pembangunan Pantheon didedikasikan sebagai rumah semua dewa. Teras depan disambut dengan tiang-tiang kuil menjulang dan di bagian dalam terdapat kubah besar dengan Olucus, lubang cahaya, yang berada di tengah kubah. Keberadaan Pantheon membuktikan bahwa bangsa Roma kuno sangat mengagungkan dewa dewi mereka. Kini, rumah persembahan megah ini menjadi tempat pusara beberapa pimpinan Italia.
sumber : http://www.polomusealelazio.beniculturali.it
Tulisan M. AGRIPPA L. F. COS. TERTIUM FECIT artinya "Marcus Agrippa, son of Lucius, in his third consulate, made it." Meskipun masih diperdebatkan, pernyataan ini paradoks karena bukan Agrippa yang membangunnya mengingat Pantheon punya banyak bagian.

8. Piazza Navona

Piazza Navona adalah alun-alun luas yang memiliki tiga fountain sekaligus, yaitu Fontana dei Quattro Fiumi, Fontana dei Moro dan Fontana del Nettuno. Cocok untuk menghabiskan sore yang hangat di Roma.
sumber : http://europeantrips.org/piazza-navona.html/piazza-navona-2


Belanja oleh-oleh
1. OVS
Layaknya department store, OVS menjual kosmetik hingga pakaian. Harga kosmetik dimulai dari €1, sudah cukup kan untuk membeli oleh-oleh dengan tulisan made in Italy atau made in Germany. Tepat untuk membelikan oleh-oleh kosmetik, tas atau pakaian.
2. Souvenir, gantungan kunci, magnet kulkas, miniatur bangunan, dan lain-lain
Banyak sekali kios souvenir di sekitar ruas jalan Fontana di Trevi. Telusuri dan temukan banyak harta karun dengan harga dimulai dari €10 (sekitar Rp 160,000) untuk 10 buah gantungan kunci misalnya. 

Kuliner
Gelato
Sejak masa romawi kuno, kenikmatan dessert  ini sangat dikagumi hingga tersebar di seluruh dunia. Dengan berbagai pilihan rasa dan warna, gelato mampu menarik selera untuk mencicipinya. Kami mencoba gelato di sekitar Fontana di Trevi. Lengkapi jalan-jalan siang dengan kesegaran yang ditawarkan gelato. Rata-rata harga gelato per scoop adalah €2,5 (sekitar Rp 40,000)


Pasta

Pasta al dente! Bermacam pasta yang ditawarkan di Roma. Di sepanjang jalan dan taman anda bisa menemukan kios yang menjual pasta. Harga yang ditawarkan mulai dari €7 (sekitar Rp 112,000) pasta dan cola.Yang membedakan pasta Roma dan pasta lainnya adalah suasana, atmosfer memakan pasta di Roma. 
Ada teori yang bilang pasta berasal dari Cina, ada juga yang bilang dari Timur Tengah lalu dibawa ke Italia, selanjutnya Italian membuat resep agar pasta dapat awet yaitu dengan menjadikan adonan kering.

Pizza
Pizza adalah cinta sejati karena pizza tak pernah mengkhianati. Yep, that's right. Itulah sebabnya Elizabeth dalam kisah Eat, Pray and Love menjatuhkan pilihan kota kuliner di Roma. Pizza yang ditawarkan di Roma dijual hitung per gram nya. Saya menjadikan pizza sebagai sarapan, hampir semua kios menjual pizza.

Tiramisu POMPI
Masih suka yang manis-manis, cobalah dessert ini, tiramisu POMPI. Oh lala, delizioso!

Catatan kecil:
1. Cari penginapan melalui airbnb yang dekat dengan stasiun Metro.
Review saya terhadap Gualtiore, host kami.
Saran airbnb Apartment in Rome "Your House"
2. Sandal atau sport shoes? Jawabannya adalah sport shoes. Hari pertama saya mencoba keliling jantung Roma dengan sandal karena terinspirasi dengan wanita-wanita di pinterest yang pakai dress/rok dan sandal di musim semi, alhasil kaki saya sakit menapak jalan batu.

3. Awas rampok! Tingkat pendatang dan imigran yang tinggi sebanding dengan tingkat kriminalitas, membuat tingkat siaga Anda harus semakin tinggi pula. Pun sudah banyak kejadian aksi terorisme terjadi di Eropa, tentara siaga di setiap sudut jalan dan semua stasiun. Meskipun kehadiran mereka lumayan buat cuci mata, tapi ini artinya Roma bukanlah kota yang aman dan tentram.
Tentara ada dimana-mana. Biasanya mereka berjaga berdua, bahkan di jalan-jalan protokol. Hanya saja, jangan tanya arah ke mereka, rata-rata gak tahu jalan.
Sekian dulu cerita dari saya di Roma.
God bless you!💕

Punya pertanyaan seputar travelling ke Roma? Atau punya pengalaman tersendiri selama di Roma? Feel free to leave your comment below. :)
Ingin ke Italia? Yuk baca dulu tips-pemula-mengajukan-visa-schengen

Mumpung di Italia dna ingin ke Vatikan? baca di simple-guide-to-visit-vatican-museum
Cerita ini merupakan cerita terakhir Europe Trip saya, yang pernah diringkas semua biaya dan itinerary di ke-eropa-dengan-20-juta-selama-17-hari